Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
telah mengalami kemajuan yang sangat pesat hal ini dapat dilihat pada
perkembangan masyarakat saat ini. Dimana dalam era sekarang yang dikenal dengan
masyarakat informasi yang merupakan kelanjutan dari masyarakat modern
sebagaimana yang diungkapkan Futurolog
Abad 20 Jhon Nesbbet dalam buku trend abad 21.
Penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi ibarat sebuah pisau yang dapat digunakan
sesuai keinginan, pisau layaknya dapat berfungsi untuk memotong sayur, buah, roti, daging dan lainnya, juga pisau
dapat digunakan untuk menganiaya dan membunuh seseorang. Begitu pula dalam
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat memberikan manfaat bagi
seseorang atau masyarakat dengan kemudahan-kemudahan hidup yang dinikmat tetapi
juga dapat membawa pada kehancuran hidup.
Salah satu cabang keilmuan
tertua yang berhubungan dengan lingkungan fisik bumi. Aspek menentukan bentuk,
ukuran serta variasi medan gaya berat bumi yang masuk ke dalam lingkup geodesi
ilmiah atau geodesi fisik.
Aspek penentuan posisi dan
deformasi permukaan, melalui pengukuran dan pengamatan (menyangkut dan
menentukan ukuran dan luas suatu bagian besar bumi) yang disebut sebagai survey
geodesi (geodetic surveying).
Teknologi
yang berkembang dewasa ini dan erat hubungannya dengan disiplin ilmu geodesi
dan geomatika adalah GPS, Remote sensing dan SIG.
Global
Positioning Sistem (GPS)
Global Positioning System (GPS) adalah
satu-satunya sistem navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Sistem
ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang
mikro
ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan
untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan
GPS anatara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India.
Sistem ini dikembangkan
oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan nama lengkapnya
adalah NAVSTAR GPS (kesalahan umum adalah bahwa NAVSTAR adalah sebuah singkatan, ini adalah salah, NAVSTAR adalah
nama yang diberikan oleh John Walsh, seorang penentu kebijakan penting dalam
program GPS).[1] Kumpulan satelit ini diurus oleh 50th Space Wing Angkatan Udara Amerika Serikat. Biaya perawatan sistem
ini sekitar US$750 juta per tahun,[2] termasuk penggantian satelit lama,
serta riset dan pengembangan.
GPS Tracker atau sering disebut dengan
GPS Tracking adalah teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang
memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil
dalam keadaan Real-Time. GPS Tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan
GPS untuk menentukan koordinat sebuah obyek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk
peta digital.
Sistim
ini menggunakan sejumlah satelit yang berada di orbit bumi, yang memancarkan
sinyalnya ke bumi dan ditangkap oleh sebuah alat penerima. Ada tiga bagian
penting dari sistim ini, yaitu bagian kontrol, bagian angkasa, dan bagian
pengguna.
1.
Bagian Kontrol
Seperti
namanya, bagian ini untuk mengontrol. Setiap satelit dapat berada sedikit
diluar orbit, sehingga bagian ini melacak orbit satelit, lokasi, ketinggian,
dan kecepatan. Sinyal-sinyal sari satelit diterima oleh bagian kontrol,
dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke satelit. Koreksi data lokasi yang tepat
dari satelit ini disebut dengan data ephemeris, yang nantinya akan di kirimkan
kepada alat navigasi kita.
2.
Bagian Angkasa
Bagian ini
terdiri dari kumpulan satelit-satelit yang berada di orbit bumi, sekitar 12.000
mil diatas permukaan bumi. Kumpulan satelit-satelit ini diatur sedemikian rupa
sehingga alat navigasi setiap saat dapat menerima paling sedikit sinyal dari
empat buah satelit. Sinyal satelit ini dapat melewati awan, kaca, atau plastik,
tetapi tidak dapat melewati gedung atau gunung. Satelit mempunyai jam atom, dan
juga akan memancarkan informasi ‘waktu/jam’ ini. Data ini dipancarkan dengan
kode ‘pseudo-random’. Masing-masing satelit memiliki kodenya sendiri-sendiri.
Nomor kode ini biasanya akan ditampilkan di alat navigasi, maka kita bisa
melakukan identifikasi sinyal satelit yang sedang diterima alat tersebut. Data
ini berguna bagi alat navigasi untuk mengukur jarak antara alat navigasi dengan
satelit, yang akan digunakan untuk mengukur koordinat lokasi. Kekuatan sinyal
satelit juga akan membantu alat dalam penghitungan. Kekuatan sinyal ini lebih
dipengaruhi oleh lokasi satelit, sebuah alat akan menerima sinyal lebih kuat
dari satelit yang berada tepat diatasnya (bayangkan lokasi satelit seperti
posisi matahari ketika jam 12 siang) dibandingkan dengan satelit yang berada di
garis cakrawala (bayangkan lokasi satelit seperti posisi matahari
terbenam/terbit).
Ada dua jenis
gelombang yang saat ini dipakai untuk alat navigasi berbasis satelit pada
umumnya, yang pertama lebih dikenal dengan sebutan L1 pada 1575.42 MHz. Sinyal
L1 ini yang akan diterima oleh alat navigasi. Satelit juga mengeluarkan
gelombang L2 pada frekuensi 1227.6 Mhz. Gelombang L2 ini digunakan untuk tujuan
militer dan bukan untuk umum.
3.
Bagian Pengguna
Bagian ini terdiri dari
alat navigasi yang digunakan. Satelit akan memancarkan data almanak dan
ephemeris yang akan diterima oleh alat navigasi secara teratur. Data almanak
berisikan perkiraan lokasi (approximate location) satelit yang dipancarkan
terus menerus oleh satelit. Data ephemeris dipancarkan oleh satelit, dan valid
untuk sekitar 4-6 jam. Untuk menunjukkan koordinat sebuah titik (dua dimensi),
alat navigasi memerlukan paling sedikit sinyal dari 3 buah satelit. Untuk
menunjukkan data ketinggian sebuah titik (tiga dimensi), diperlukan tambahan sinyal
dari 1 buah satelit lagi.
Dari sinyal-sinyal yang
dipancarkan oleh kumpulan satelit tersebut, alat navigasi akan melakukan
perhitungan-perhitungan, dan hasil akhirnya adalah koordinat posisi alat
tersebut. Makin banyak jumlah sinyal satelit yang diterima oleh sebuah alat,
akan membuat alat tersebut menghitung koordinat posisinya dengan lebih tepat.
Karena alat navigasi ini
bergantung penuh pada satelit, maka sinyal satelit menjadi sangat penting. Alat
navigasi berbasis satelit ini tidak dapat bekerja maksimal ketika ada gangguan
pada sinyal satelit. Ada banyak hal yang dapat mengurangi kekuatan sinyal
satelit:
·
Kondisi
geografis, seperti yang diterangkan diatas. Selama kita masih dapat melihat
langit yang cukup luas, alat ini masih dapat berfungsi.
·
Hutan.
Makin lebat hutannya, maka makin berkurang sinyal yang dapat diterima.
·
Air.
Jangan berharap dapat menggunakan alat ini ketika menyelam.
·
Kaca
film mobil, terutama yang mengandung metal.
·
Alat-alat
elektronik yang dapat mengeluarkan gelombang elektromagnetik.
·
Gedung-gedung.
Tidak hanya ketika didalam gedung, berada diantara 2 buah gedung tinggi juga
akan menyebabkan efek seperti berada di dalam lembah.
·
Sinyal
yang memantul, misal bila berada diantara gedung-gedung tinggi, dapat
mengacaukan perhitungan alat navigasi sehingga alat navigasi dapat menunjukkan
posisi yang salah atau tidak akurat.
Kemampuan GPS
·
GPS
dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan, dan waktu secara cepat,
akurat, murah, dimana saja di bumi ini pada setiap saat
tanpa tergantung cuaca.
·
GPS
adalah satu-satunya sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi, selama
beberapa abad ini, yang mempunyai karakteristik prima seperti tersebut.
·
Ketelitian
posisi
(beberapa mm sampai beberapa meteran).
·
Ketelitian
kecepatan
(beberapa cm/detik)
·
Ketelitian
waktu
(beberapa nanodetik)
Segmentasi
GPS
SATELIT
SISTEM KONTROL
. 21 + 3 satelit . Sinkronisasi waktu
. periode orbit : 12 jam . Prediksi orbit
. altitude orbit : 20200 km . Monitor kesehatan
satelit
. Injeksi data
PENGGUNA
. Mengamati sinyal GPS
. Hitung posisi dan kecepatan
.Dapatkaninformasi
mengenai waktu
mengenai waktu
Aplikasi-Aplikasi GPS
·
Aplikasi-aplikasi militer
·
Survei dan pemetaan (Darat
dan Laut)
·
Geodehi, Geodinamika, dan
deformasi
·
Navigasi dan Transportasi
·
Studi troposfir dan lonosfir
·
Pendaftaran tanah, pertanian
·
Photogrammetry dan remote
sensing
·
GIS (Geographic Information
System)
·
Studi kelautan (arus, gelombang,
dan pasang surut)
·
Aplikasi olahraga dan
rekreatif
Remote
Sensing (RS)
Remote sensing adalah-atau skala besar akuisisi kecil informasi dari
suatu obyek atau fenomena, dengan menggunakan baik rekaman atau real-time perangkat
pendeteksi (s) yang nirkabel , atau
tidak dalam atau intim kontak fisik dengan objek (misalnya seperti dengan cara pesawat , pesawat ruang
angkasa , satelit , pelampung , atau kapal ). Dalam
prakteknya, penginderaan jauh adalah koleksi-off berdiri melalui penggunaan
berbagai perangkat untuk mengumpulkan informasi tentang objek, atau bidang.
Aplikasi remote sensing
•
Land:
rocks, minerals, land use and land cover,
vegetation, DEM, snow and ice, urban growth, environmental studies,
•
Ocean:
ocean
color, sea surface temperature, ocean winds,
•
Atmosphere:
temperature,
precipitation, clouds, ozone.
Persaingan
teknologi satelit remote sensing
Sistem
Informasi Geografis (SIG).
Sistem Informasi Geografis
(bahasa Inggris:
Geographic
Information System disingkat GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial
(bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer y ang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan,
mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang
diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database.
Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan
data sebagai bagian dari sistem ini.
Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber
daya, perencanaan
pembangunan, kartografi
dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat
menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam,
atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah
(wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi.
Sejarah
pengembangan
35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Perancis,
para pemburu Cro-Magnon menggambar hewan mangsa mereka, juga garis yang dipercaya
sebagai rute migrasi hewan-hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua
elemen struktur pada sistem informasi gegrafis modern sekarang ini, arsip
grafis yang terhubung ke database atribut.
Pada tahun 1700-an
teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan, termasuk juga versi
awal pemetaan tematis, misalnya untuk keilmuan atau data sensus.
Awal abad ke-20
memperlihatkan pengembangan "litografi foto" dimana peta dipisahkan
menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras komputer
yang dipacu oleh penelitian senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal
tahun 1960-an.
Tahun 1967 merupakan awal
pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa,
Ontario
oleh Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya. Dikembangkan oleh Roger
Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS - SIG Kanada),
digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan
untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI - Canadian land Inventory) -
sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada
dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam
bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Faktor pemeringkatan
klasifikasi juga diterapkan untuk keperluan analisis.
CGIS merupakan sistem
pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki
kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan, pendijitalan/pemindaian
(digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat national yang
membentang di atas benua Amerika , memasukkan garis sebagai arc yang
memiliki topologi dan menyimpan atribut dan informasi lokasional pada berkas
terpisah. Pengembangya, seorang geografer bernama Roger Tomlinson kemudian
disebut "Bapak SIG".
CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk
penyempurnaan setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga aplikasi
pemetaan komersil yang dikeluarkan beberapa vendor seperti Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro
komputer memacu vendor lain seperti ESRI, CARIS, MapInfo dan berhasil membuat
banyak fitur SIG, menggabung pendekatan generasi pertama pada pemisahan
informasi spasial dan atributnya, dengan pendekatan generasi kedua pada
organisasi data atribut menjadi struktur database. Perkembangan industri pada
tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi pertumbuhan
SIG pada workstation UNIX dan komputer
pribadi.
Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang cepat di
berbagai sistem dikonsolidasikan dan distandarisasikan menjadi platform lebih
sedikit, dan para pengguna mulai mengekspor menampilkan data SIG lewat
internet, yang membutuhkan standar pada format data dan transfer.
Indonesia sudah mengadopsi
sistem ini sejak Pelita ke-2 ketika LIPI mengundang UNESCO dalam menyusun "Kebijakan dan Program Pembangunan
Lima Tahun Tahap Kedua (1974-1979)" dalam pembangunan ilmu pengetahuan,
teknologi dan riset.
Jenjang pendidikan SMU/senior
high school melalui kurikulum pendidikan geografi SIG dan penginderaan
jauh
telah diperkenalkan sejak dini. Universitas di Indonesia yang membuka program Diploma SIG ini adalah D3 Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, tahun 1999. Sedangkan jenjang S1 dan
S2 telah ada sejak 1991 dalam Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Sejauh ini
SIG sudah dikembangkan hampir disemua universitas di Indonesia melalui
laboratorium-laboratorium, kelompok studi/diskusi maupun matapelajaran.
Pengelolaan SIG ini
meliputi, sumber informasi geografi, komponen-komponen SIG dan cara mengelola
informasi geografi.
Sumber Informasi Geografi
Sumber informasi geografi
selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu (bersifat dinamis), sejalan
dengan perubahan gejala alam dan gejala sosial. Dalam geografi, informasi yang
diperlukan harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki ilmu lain, yaitu:
1. Merupakan pengetahuan (knowledge) hasil
pengalaman.
2. Tersusun secara sistematis, artinya merupakan
satu kesatuan yang tersusun secara berurut dan teratur.
3. Logis, artinya masuk akal dan menunjukkan
sebab akibat.
4. Objektif, artinya berlaku
umum dan mempunyai sasaran yang jelas dan teruji.
Selain memiliki ciri-ciri
tersebut di atas, geografi juga harus menunjukkan ciri spasial (keruangan) dan
regional (kewilayahan). Aspek spasial dan regional merupakan ciri khas
geografi, yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lain.
Karena
geografi merupakan kajian ilmiah mengenai gejala alam dan sosial dari sudut
pandang spasial dan regional, maka informasi geografi bersumber dari:
1. Gejala-gejala litosfer
Gejala-gejala ini meliputi
relief dan topografi, jenis tanah dan batuan, serta system pelapisan batuan.
2. Gejala-gejala hidrosfer
Gejala-gejala
ini meliputi peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kawasan perairan,
baik perairan darat maupun perairan laut,
yang menyangkut bentuknya, sifatnya serta
fenomena lain tentang perairan.
3. Gejala-gejala atmosfer
Gejala ini berkaitan dengan
informasi tentang cuaca dan iklim, termasuk unsur-unsurnya dan faktor yang
mempengaruhinya.
4. Gejala-gejala sosial
budaya
Gejala ini berkaitan dengan
kehidupan masyarakat antara lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin pesat. Contoh gejala sosial budaya yang merupakan sumber informasi
geografi, yaitu persebaran obyek wisata kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Komponen-komponen dalam SIG
Anda
telah mengetahui dari mana sumber informasi geografi diperoleh. Sekarang Anda
akan mempelajari apa saja komponen-komponen dalam SIG. SIG merupakan produk
daribeberapa komponen. Komponen-komponen yang terdapat dalam SIG yaitu
perangkat keras, perangkat lunak dan intelegensi manusia.
1. Perangkat keras
(Hardware)
Perangkat keras: berupa
komputer beserta instrumennya (perangkat pendukungnya) Data yang terdapat dalam
SIG diolah melalui perangkat keras. Perangkat keras dalam SIG terbagi menjadi
tiga kelompok yaitu:
a. Alat masukan (input) sebagai alat untuk
memasukkan data ke dalam jaringan komputer. Contoh: Scanner, digitizer, CD-ROM.
b. Alat pemrosesan,
merupakan sistem dalam komputer yang berfungsi mengolah, menganalisis dan
menyimpan data yang masuk sesuai kebutuhan, contoh: CPU, tape drive, disk
drive.
c. Alat keluaran (ouput) yang berfungsi
menayangkan informasi geografi sebagai data dalam proses SIG, contoh: VDU,
plotter, printer.
2. Perangkat lunak
(software)
Perangkat lunak, merupakan
sistem modul yang berfungsi untuk memasukkan,menyimpan dan mengeluarkan data
yang diperlukan.
3. Intelegensi manusia
(brainware)
Brainware merupakan
kemampuan manusia dalam pengelolaan dan pemanfaatan SIG secara efektif.
Bagaimanapun juga manusia
merupakan subjek (pelaku) yang mengendalikan seluruh
sistem, sehingga sangat dituntut
kemampuan dan penguasaannya terhadap ilmu dan teknologi mutakhir. Selain itu
diperlukan pula kemampuan untuk memadukan pengelolaandengan pemanfaatan SIG,
agar SIG dapat digunakan secara efektif dan efisien. Adanya koordinasi dalam
pengelolaan SIG sangat diperlukan agar informasi yang diperoleh tidak simpang
siur, tetapi tepat dan akurat. Berikut ini disajikan skema dari
komponen-komponen dalam SIG.
Cara Mengelola Informasi
Geografi
Anda
telah memahami komponen-komponen dalam SIG. Sekarang marilah kita bahas
mengenai bagaimana cara
mengelola informasi geografi. Secara umum proses SIG terdiri atas tiga bagian
(subsistem), yaitu subsistem masukan data (input data), manipulasi dan analisis
data, menyajikan data (output data). Baiklah kita akan membahasnya satu persatu
dari ketiga subsistem tersebut.
1. Subsistem masukan data (input
data)
Subsistem
ini berperan untuk memasukkan data dan mengubah data asli ke bentuk
yang dapat diterima dan dipakai dalam SIG.
Semua data dasar geografi diubah dulu menjadi data digital, sebelum dimasukkan
ke komputer. Data digital memiliki kelebihan dibandingkan dengan peta (garis,
area) karena jumlah data yang disimpan lebih banyak dan pengambilan kembali
lebih cepat. Ada dua macam data dasar geografi, yaitu data spasial dan data
atribut.
a.
Data spasial (keruangan), yaitu data
yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempattempat
di permukaan bumi. Data spasial berasal dari
peta analog, foto udara dan penginderaan jauh dalam bentuk cetak kertas.
b. Data atribut
(deskriptis), yaitu data yang terdapat pada ruang atau tempat. Atribut menjelaskan
suatu informasi. Data atribut diperoleh dari statistik, sensus, catatan lapangan
dan tabular (data yang disimpan dalam bentuk tabel) lainnya. Data atribut dapat
dilihat dari segi kualitas, misalnya kekuatan pohon. Dan dapat dilihat dari
segi kuantitas, misalnya jumlah pohon. Data spasial dan data atribut tersimpan
dalam bentuk titik (dot), garis (vektor), polygon (area) dan pixel (grid). Data
dalam bentuk titik (dot), meliputi ketinggian tempat, curah hujan, lokasi dan
topografi. Data dalam bentuk garis (vektor), meliputi jaringan jalan, pipa air
minum, pola aliran sungai dan garis kontur. Data dalam bentuk poligon (area), meliputi
daerah administrasi, geologi, geomorfologi, jenis tanah dan penggunaan tanah. Data
dalam bentuk pixel (grid), meliputi citra satelit dan foto udara.
2. Subsistem manipulasi dan
analisis data
Subsistem ini berfungsi
menyimpan, menimbun, menarik kembali data dasar dan menganalisa data yang telah
tersimpan dalam komputer. Ada beberapa macam analisa data, antara lain:
a.
Analisis
lebar, menghasilkan daerah tepian sungai dengan lebar tertentu
b. Analisis
penjumlahan aritmatika (arithmetic addition) menghasilkan penjumlahan. Analisis
ini digunakan untuk menangani peta dengan klasifikasi, hasilnya menunjukkan peta
dengan klasifikasi baru.
c. Analisis garis dan bidang, dapat digunakan
untuk menentukan wilayah dalam radius tertentu. Misalnya, daerah rawan banjir,
daerah rawan gempa dan daerah rawan penyakit.
3. Subsistem penyajian data
(output data)
Subsistem
output data berfungsi menayangkan informasi geografi sebagai hasil analisis
data dalam proses SIG. Informasi
tersebut ditayangkan dalam bentuk peta, tabel, bagan, gambar, grafik dan hasil
perhitungan. Gambar 5.15 dan 5.16 adalah contoh hasil output data yang
ditayangkan sebagai informasi geografi hasil analisis data dalam proses SIG.
Manfaat Sistem Informasi
Geografi (SIG)
Manfaat
SIG dewasa ini khususnya dalam menyongsong pembangunan di masa mendatang semakin
penting. Informasi yang dihasilkan SIG merupakan informasi keruangan dan kewilayahan,
maka informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi data keruangan yang
berkaitan dengan sumber daya alam. Juga pembuatan rencana dan kebijakan dalam pembangunan.
Berikut ini akan dibahas mengenai manfaat SIG secara lebih terperinci.
1. Manfaat SIG dalam
inventarisasi sumber daya alam
Pembangunan fisik dan
sosial di Indonesia terus ditingkatkan sesuai dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan berkembangnya kehidupan yang serba kompleks. Perkembangan tersebut
mendorong perlunya informasi yang rinci tentang data sumber daya alam, yang
mungkin dapat dikembangkan. Data aneka sumber daya alam hasil penelitian
dijadikan modal sebagai bahan baku untuk perencanaan pembangunan. Secara sederhana
manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alam adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui
persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara, emas,
besi dan barang tambang lainnya.
b.
Untuk mengetahui persebaran kawasan
lahan, misalnya:
-
kawasan lahan potensial dan lahan
kritis.
- kawasan
hutan yang masih baik dan hutan rusak. kawasan lahan pertanian dan perkebunan.
- pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.
c. Untuk
pengawasan daerah bencana alam, misalnya:
- memantau luas wilayah bencana alam.
-
pencegahan terjadinya bencana alam di
masa datang.
-
menyusun rencana-rencana pembangunan
kembali daerah bencana.
2. Manfaat SIG dalam
Perencanaan Pola Pembangunan
SIG tidak hanya penting
bagi pakar geografi, tetapi juga bagi pakar perencana pembangunan dan perencana
penataan ruang. Perencana atau penata ruang dengan berpola SIG tidak hanya
melihat dari sudut lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan sosial,
ekonomi dan kependudukan. Dalam penataan ruang, SIG bermanfaat sebagai acuan
perencanaan pembangunan, agar pembangunan dapat terencana lebih awal dan tidak
tumbuh semrawut (tidak teratur) serta tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan. Berikut ini contoh manfaat SIG dalam perencanaan pola pembangunan.
a. Pembangunan waduk PLTA Saguling
Dilihat dari lingkungan
fisiknya, lokasi proyek PLTA Saguling sangat potensial dibangun waduk
(bendungan) raksasa. Pernahkah Anda melihat waduk? Dengan SIG, pembangunan
waduk tidak hanya memperhatikan faktor kecocokan fisik saja, tetapi juga
faktor-faktor sosial ekonomi penduduk di sekitar proyek tersebut. Dengan
dibangunnya waduk raksasa, pola kehidupan masyarakat yang sebelumnya serba
darat akan berubah menjadi pola kehidupan darat dan air. Melalui perencanaan
yang matang, masyarakat harus dibina:
-
cara dan teknik keselamatan
transportasi melayari waduk.
- cara dan teknik pemanfaatan waduk sebagai
sumber penghidupan (perikanan
terapung).
-
cara
dan teknik membuat alat-alat penunjang sumber kehidupan dan teknik pemanfaatannya,
contohnya keramba, makanan ikan dan jarak keramba dengan keramba lainnya. Peta
lokasi dan situasi proyek Saguling hasil keluaran SIG menjadi sarana kunci dalam
perencanaan pembangunan PLTA tersebut. Dengan informasi SIG pembangunan waduk
Saguling juga tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya.
b.
Pemekaran Kota Bandung
Perluasan kota terutama di
Jawa terus tumbuh, sehingga perluasan lahan tidak dapat dihindari. Pemekaran
kota di Jawa, terutama akibat arus urbanisasi dan perpindahan penduduk dari
luar Jawa ke Jawa. Salah satu kota yang mengalami pemekaran di antaranya
Kotamadya Bandung (lihat gambar 5.23). Wilayah Kotamadya Bandung dengan luas
8.098 hektar, tidak mampu lagi menampung penduduk sejumlah 1,5 juta jiwa.
Sementara arus urbanisasi dari daerah belakangnya (sekitarnya) terus mengalir.
Permukiman kumuh (slum area) yang semakin meluas dan kemacetan lalu-lintas
menambah kesemrawutan kota, karena itu usaha pemekaran kota tidak dapat
dihindari. Bertambahnya luas Kota Bandung dari 8.098 hektar menjadi sekitar
17.000 hektar tentu disertai dengan perencanaan tata ruang. Penataan ruang
tentu berkaitan dengan pembangunan sarana dan fasilitas fisik, sosial, ekonomi
dan kependudukan. Peta hasil keluaran SIG menjadi sarana kunci bagi pakar
perencana dan piƱata ruang tersebut. Sehingga tercipta tata ruang yang dinamis
dan tetap memelihara kelestarian lingkungan hidup.
3. Manfaat SIG dalam Bidang
Sosial
Selain dalam inventarisasi
sumber daya alam dan perencanaan pola pembangunan,SIG juga dapat dimanfaatkan
dalam bidang sosial. Dalam bidang sosial SIG dapat dimanfaatkan pada hal-hal
berikut:
a. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk.
b. Mengetahui luas dan persebaran lahan
pertanian serta kemungkinan pola drainasenya.
c. Untuk pendataan dan pengembangan jaringan
transportasi.
d. Untuk pendataan dan pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan.
e. Untuk pendataan dan pengembangan
permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan
rekreasi serta perkantoran.
4.
Keuntungan
SIG dengan menggunakan Komputer
Anda telah memahami manfaat
SIG, sekarang marilah kita bahas keuntungan SIG dengan menggunakan komputer. Mengapa
penyajian data dalam SIG menggunakan komputer? Alasannya adalah, karena penyajian
data geografi secara manual memerlukan waktu yang lama untuk memperoleh informasi
yang diinginkan. Di samping itu, ketelitian informasi yang kita peroleh dengan cara
manual tergantung pada ketelitian si pembuat peta yang sangat relatif (tingkat ketelitiannya
diragukan), sehingga dengan cara manual kita tidak dapat memperoleh informasi
secara tepat dan teliti. Dalam mengkaji persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi dari sudut pandang
keruangan dan kewilayahan, geografi memerlukan informasi yang cepat, tepat dan
akurat (terhindar dari kesalahan) tentang gejala-gejala tersebut. Untuk
mendapatkan informasi yang cepat, tepat dan akurat, diperlukan alat bantu untuk
menganalisis data yang diperlukan. Alat bantu tersebut merupakan suatu sistem,
yang mampu menangani data geografi secara cepat, tepat dan akurat, yaitu dengan
system komputer. Selain diperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat,
keuntungan SIG dengan menggunakan komputer adalah:
1.
Mudah dalam mengolah.
2.
Pengumpulan data dan penyimpanannya hemat tempat dan ringkas (berupa disket).
3.
Mudah diulang kalau sewaktu-waktu diperlukan.
4.
Mudah diubah kalau sewaktu-waktu ada perubahan.
5.
Mudah dibawa, dikirim dan ditransformasikan (dipindahkan).
6.
Aman, karena dapat dikunci dengan kode atau manual.
7.
Relatif lebih murah dibandingkan dengan survey lapangan.
8. Data yang sulit
ditampilkan secara manual, dapat diperbesar bahkan dapat ditampilkan dengan
gambar tiga dimensi.
9.
Berdasarkan data SIG dapat dilakukan pengambilan keputusan dengan tepat dan cepat.
0 comments:
Post a Comment